Sosialisasikan Pengalihan Siaran Digital, Kadiskominfo Jateng Juga Ajak Masyarakat Cegah Stunting
By Abdi Satria
nusakini.com-Wonosobo-Menyosialisasikan pengalihan TV analog ke digital (analog switch off/ ASO) di Desa Selokromo, Kecamatan Leksono, Wonosobo, Rabu (6/7/2022) malam, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum mengajak masyarakat untuk mencegah stunting. Terlebih, kasus stunting di Wonosobo masih terhitung tinggi.
Riena meminta perangkat desa, tokoh masyarakat dan agama, serta seluruh warga untuk peduli terhadap ibu hamil yang ada di wilayahnya, seperti pada program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5 NG). Pendataan mutlak dilakukan, sehinga pemantauannya bisa dilakukan secara intensif.
Dengan begitu, katanya, angka kematian ibu (AKI) bisa berkurang, dan anak yang dilahirkan pun tumbuh sehat. Perhatikan asupan air susu ibu (ASI), dan ketika sudah makan, berikan makanan bergizi untuk menghindari stunting.
“Untuk anak-anak, pilih jajanan sehat, jangan makan yang mengandung pewarna. Terus, di sini apa masih banyaj yang menikah di bawah umur? Mohon tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat desa, untuk mengingatkan Jo Kawin Bocah,” beber Riena.
Riena juga mengingatkan warga, Covid-19 belum usai. Karenanya, mereka diminta tetap melakukan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, rajin mencuci tangan pakai sabun, serta menjaga imunitas dan kesehatan tubuh.
Menyinggung mengenai ASO, Riena menyampaikan agar masyarakat tidak khawatir dengan peralihan TV analog ke digital. Sebab, TV analog bisa dialihkan ke digital dengan menggunakan alat set top box (STB).
“Ada bantuan STB dari pemerintah pusat bagi warga yang tidak mampu dan membutuhkan. Caranya, Kementerian Kominfo bekerja sama dengan kementerian terkait, untuk menyiapkan data (warga yang membutuhkan). Yang tidak bisa dilupakan, kades, lurah, camat juga dilibatkan, meskipun STB akan dikirimkan langsung oleh PT Pos,” jelasnya.
Ditambahkan, Kabupaten Wonosobo masuk gelombang III pemberlakuan ASO. Di mana pengalihan ke TV digital akan dimulai pada 2 November 2022.
Menurutnya, TV digital bukan TV satelit, bukan TV parabola, tapi TV yang menggunakan frekuensi digital. Gambarnya lebih jelas, salurannya juga lebih banyak. Makanya, masyarakat harus bersiap menghadapi pengalihan ke TV digital.
“Kalau masyarakat mampu, bisa membeli STB, ya beli sendiri. Jangan memberatkan pemerintah,” tegas Riena.
Dalam kesempatan itu, Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Sedyo Manunggal ikut menyosialisasikan ASO dengan penampilan tari dan guyon maton.
Kepala Stasiun TVRI Jateng Sifak yang didaulat naik panggung menambahkan, migrasi ke TV digital sebenarnya sudah dimulai dari 1997. Namun, siaran analog baru akan dimatikan pada tahun ini, agar masyarakat bisa menerima siaran TV dengan sempurna, gambar jernih, dan suara bagus.
Diungkapkan, untuk menjangkau siaran digital, masyarakat tetap harus menggunakan antena. Jika televisinya sudah digital, langsung bisa digunakan. Namun, jika TV-nya masih analog, harus menggunakan STB.
“Harga STB juga murah, Rp200 ribu sudah bagus, Rp150 ribu juga bisa. Dengan menggunakan antena itu, selamanya tidak berbayar. Dan saat ini sudah 25 saluran yang bisa ditangkap dengan siaran digital. Kalau semuanya pakai parabola, nanti siapa yang menonton ketoprak, sinden ngetren, campursari. Tidak akan ada yang lihat,” tandasnya.(rls)